Minggu, 14 Maret 2010
Dua Muka arewaria dan Wasit Berat Sebelah
Dua Muka arewaria dan Wasit Berat Sebelah
Posted by BONdo & NEKad | 03:03 | Bonek
Malam itu , saya tersentak oleh aksi para pemain Persebaya yang tampil tidak seperti biasanya -- tampil dengan sangat kesetanan , penuh motivasi , dan sangat semangat . Jujur , mungkin baru kali ini punggawa Persebaya tampil begitu memikat . Bahkan , Anda boleh percaya boleh tidak : pimpinan klasemen ISL , Arema Indonesia , akhirnya harus menempuh segala cara untuk memperoleh kemenangan dari tim yang "benar-benar bangkit" , Persebaya Surabaya , di kandangnya sendiri .
Sangat tidak mudah mencermati arti permainan Arema saat superderby Jatim kemarin . Arema yang biasanya tampil trengginas dengan umpan-umpan mematikan , serta kerjasama antara trio Singapura : Noh Alam Shah , M. Fakhruddin , dan Mohammad Ridwan , dibuat tak berdaya dengan permainan taktis disiplin Anderson da Silva, dkk . Permainan keras ditujukkan kedua tim . Namun , sekeras-kerasnya derby itu , kini menyisakan sebuah tanda tanya besar setelahnya .
Bagaimana bisa Noh Alam Shah yang menyikut Anderson , terlebih di depan wasit Olehadi tidak mendapat reaksi apapun ? Bagaimana wasit juga tidak bereaksi ketika Anderson dan Roman Chmelo bertabrakan keras , yang menyebabkan kepala Anderson mengucurkan darah ? Bagaimana bisa aksi diving dari Mohammad Ridwan malah membuahkan penalti yang menyesakkan di menit-menit akhir ? Dan juga bagaimana bisa injury time yang semula 4 menit bisa dipangkas sehingga hanya menjadi 3,1 menit ?
Apabila dipandang dengan peraturan yang berlaku , jelas ini tidak masuk akal dan pasti ada oknum yang mengatur .
Tidak akan ada yang menyangka bahwa Persebaya bisa mengimbangi -- bahkan hampir mengungguli tuan rumah Arema Indonesia . Namun , pertandingan seru yang dijalani Persebaya seakan dirusak oleh wasit yang jelas-jelas mencederai fair play dalam sepakbola . Kita bisa lihat ketika kepala Anderson mengucurkan darah . Sama sekali tidak ada perawatan yang berarti bagi Anderson -- sekedar untuk menghentikan darahnya . Dan Persebaya bahkan harus bermain dengan 10 orang , tanpa Anderson selama hampir 6 menit !
Saya melihat sendiri , bagaimana nyanyian intimidasi dari arewaria sudah membahana ketika pemain Persebaya melakukan pemanasan . Tentunya ini pun menjadi sebuah tanda tanya besar selanjutnya : mana janji damai yang diucapkan arewaria ? Dan pada waktu pemain Persebaya masuk kembali ke locker room , berbagai macam benda dilemparkan . Mulai botol air mineral , sandal , kayu , dan lain-lain .
Namun yang membuat saya geram adalah setelah lagu FIFA fair play dibunyikan , arewaria berubah menjadi "anak baik" yang seolah-olah mendukung tim kesayangannya dengan cara baik-baik , tanpa anarki , tanpa rasis , dan tanpa intimidasi . Anda semua yang melihat pertandingan melalui layar televisi mungkin agak terkejut dengan tulisan saya ini . Tapi , percayalah . Ini nyata , ini dia pribadi asli dari seorang arewaria yang berpredikat suporter terbaik , terkreatif , dan ter- ter- lainnya . Pertanyaan selanjutnya : Mana tindakan dari PSSI ?
Nah, kembali ke persoalan wasit . Saya rasa , wasit jelas berat sebelah . Tidak perlu diragukan lagi . Mengenai kartu kuning kepada Syaifudin , saya masih fifty-fifty . Di satu sisi , Syaifudin melakukan hal yang benar karena dia melihat langsung kejadian yang sebenarnya . Tapi di sisi yang lain , tentunya protes berlebihan kepada wasit -- terlebih hingga mendorong wasit merupakan tindakan yang tidak dibenarkan . Namun , coba renungkan sebentar apabila Anda berada di pihak Syaifudin . Di sini , saya menulis bukan untuk Bonek , tapi untuk semuanya . Coba kita bayangkan , apabila kita melihat langsung Muhammad Ridwan diving , lalu wasit memberi kita penalti . Apakah yang akan kita lakukan ? Inilahh yang dirasakan Syaifudin . Terlebih , penalti itu diberikan pada saat injury time yang notabene bakal sangat sulit untuk membalasnya . Apalagi, ini di kandang Arema .
Sayang sekali jika pertarungan seru selama hampir 90 menit ternoda akibat satu orang : wasit Olehadi . Bahkan , di harian Jawa Pos menunjukkan bahwa pemenang duel Arema vs Persebaya bukanlah Arema , melainkan wasit .
Tapi apapun itu , keputusan wasit tidak akan bisa berubah . Terlebih setelah pertandingan usai . Kita boleh mengajukan protes keras terhadap wasit , jika itu memang diperlukan . Tapi ingat , tidak akan pernah ada ceritanya kejadian di lapangan berubah karena protes , sekeras apapun protes itu . Memang benar kali ini Persebaya dan Bonek didholimi oleh PSSI . Tapi , alangkah baiknya jika itu dijadikan pelecut buat kebangkitan Persebaya dan Bonek . Saya yakin , dengan lecutan seperti ini , Persebaya akan disegani dan benar-benar bangkit setelah kejadian membanggakan kemarin . Persebaya masih ada dan menunjukkan bahwa Persebaya adalah benar-benar tim dengan ekspektasi Arek Suroboyo yang telah mendunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar